http://pabedilancirtim.xtgem.com
10. Wasit dan s*x
Sudah bukan rahasia lagi bahwa wasit merupakan salah satu pekerjaan yang paling rawan mendapat sogokan. Upeti kepada wasit untuk menguntungkan satu tim pun bisa berupa banyak hal, termasuk s*x gratis. Modus ini bukan barang baru karena sudah terjadi sejak lama. kasus ini sempat mencuat pada awal tahun 2000-an. Belakangan, wasit AFC asal Lebanon yang memimpin laga Tampines Rovers melawan East Bengal dituduh menerima hadiah berupa layanan s*x gratis.
9. Gol Tangan Tuhan
Gol Diego Maradona ke gawang Peter Shilton pada Piala Dunia 1986 mendapat label gol tangan Tuhan. Penyebabnya jelas, Maradona mengarahkan bola dengan tangannya, bukan dengan kepalanya. Media Inggris menyebut bahwa semua orang yang berada di stadion menyaksikan handsball Maradona, kecuali wasit tentunya. Wasit Ali Bin Nasser asal Maroko pun menjadi bulan-bulanan di penjuru dunia akibat kesalahannya tersebut.
Maradona sendiri sampai tak percaya bahwa golnya disahkan. “Tak ada rekan yang mendatangi saya untuk memeluk memberi selamat. Saya segera mengatakan kepada teman-teman: ‘cepat peluk saya, atau wasit akan menganulir gol itu’.” Secara permainan, kesalahan ini tergolong biasa; banyak kejadian wasit yang salah dalam mengesahkan atau menganulir gol. Namun yang menjadikan kesalahan ini besar adalah begitu terkenalnya gol tangan Tuhan Maradona itu. Gol itu bahkan mendapat label sebagai gol abad 20.
8. Tiga Kartu Kuning Untuk Satu Pemain
Kejadian ini mungkin masih cukup segar di ingatan kita. Pasalnya kesalahan Graham Poll ini terjadi pada Piala Dunia 2006 lalu. Ketika memimpin laga Kroasia melawan Australia, Poll memberikan kartu kuning tiga kali kepada Josip Simunic. Ia harusnya memberikan kartu merah pada kartu kuning kedua, sesuai dengan peraturan. Poll menyadari kesalahannya dan menolak untuk memimpin laga besar lagi. Wasit asal Inggris ini merasa telah melakukan kesalahan besar dan hanya mau memimpin laga-laga biasa setelah insiden itu.
7. Wasit Datangi Ruang Ganti
Laga Recreativo Linense melawan Saladillo de Algeciras pada 2009 tak bisa berjalan dengan mulus. Saat babak kedua berjalan sembilan menit, seorang pemain Recreativo mendapat kartu merah dari wasit Jose Manuel Barro Escandon. Kartu merah itu memicu perkelahian besar dan pertandingan pun dihentikan. Namun wasit Barro nampaknya ingin menunjukkan kekuasaannya. Setelah tim terpisah di ruang ganti masing-masing, wasit Barro mendatangi kamar ganti masing-masing tim dan mengkartu merah sembilan pemain dari tiap tim. Artinya ada 19 kartu merah dalam laga itu.
6. Wasit Mengusir Diri Sendiri
Pertandingan Peterborough North End melawan Royal Mail AYL pada tahun 2005 menyuguhkan kejadian langka. Wasit Andy Wain mengkartu merah dirinya karena mengkonfrontasi kiper North End. Wain merasa kesal terus mendapat protes dari sang kiper. Saat kesabarannya habis, ia melempar peluitnya dan berlari mendekati kiper itu.
Nyaris saja terjadi adu pukul dalam insiden itu. Setelah laga, Wain menyatakan penyesalannya. “Saya bertindak tidak profesional. Jika seorang pemain melakukan apa yang saya lakukan, saya akan mengusirnya. Jadi, saya harus harus mendapat kartu merah,” jelasnya.
5. Wasit Yang Baik Hati
Dalam pertandingan antara FC Vladslo melawan FC Wijtschate, wasit Marc Gevaert melanggar peraturan paling dasar sepakbola. Ia meniup peluit panjang ketika pertandingan baru berjalan 85 menit. Kesalahan ini dilakukan dengan sengaja oleh Gevaert. Ia mengaku merasa kasihan kepada para pemain Wijtschate sekaligus khawatir terhadap keselamatan para pemain Vladslo. Penyebabnya adalah karena Vladslo sudah unggul 16-0 dalam pertandingan itu.
“Saat pertandingan berjalan satu jam dan skor 11-0, para pemain Wijtschate mendatangai saya dan memohon agar pertandingan dihentikan. Ketika hampir berakhir dan kedudukan 16-0, saya melihat mereka mulai frustrasi dan menendangi pemain Vladslo tanpa alasan. Saya kasihan kepada mereka,” urai Gevaert. Tindakan ini justru membuat para petinggi Wijtschate marah besar. Juru bicara mereka mengatakan: “Dengan beberapa menit tersisa, siapa bilang kami tak akan bisa membalikkan keadaan?”
4. Wasit Pinjam Uang ke Klub
Wasit Emilio Guruceta Muro melakukan perbuatan tidak terpuji ketika memimpin Anderlecht melawan Nottingham Forest pada 1984. Muro bertindak berat sebelah mendukung Anderlecht karena akan meminjam uang dari klub Belgia tersebut.
Muro menganulir gol Forest dalam laga semifinal Piala UEFA. Sekitar 10 tahun setelah wasit Muro meninggal, baru terungkap bahwa Anderlecht memberikan ‘pinjaman’ senilai 20 ribu euro kepada wasit asal Spanyol tersebut sehari setelah pertandingan. Pada 1997, Anderlecht dijatuhi hukuman dilarang mengikuti kompetisi Eropa selama satu tahun.
3. Menolak Disuap, Wasit Dibunuh
Alvaro Ortega menjadi korban keganasan kartel kokain di Kolombia yang juga merupakan mafia judi. Kepemimpinan Ortega dalam laga Deportivo Medellin melawan America dianggap oleh para mafia tersebut tidak adil dan pantas mendapat hukuman berat. Ortega akhirnya tewas dibunuh di dekat hotel tempatnya menginap.
Setelah melewati penyelidikan, terungkap bahwa Ortega menolak tawaran suap dari para mafia tersebut. Kejadian ini memicu kemarahan sepakbola internasional yang menyerukan boikot kepada sepakbola Kolombia.
2. Wasit Mengancam Pemain Dengan Kapak
Dalam sebuah pertandingan antara Romark FC melawan Czech Club di London, seorang wasit yang tak disebutkan namanya melakukan perbuatan aneh. Ia mengancam pemain Romark dengan kapak karena terus mendapat hinaan. Ketika seorang pemain Romark menyebutnya sebagai seorang peri, wasit langsung meninggalkan pertandingan. Beberapa saat kemudian, ia kembali ke lapangan sambil membawa kapak. Kontan saja semua pemain langsung berhamburan lari terbirit-birit. Penonton yang menyaksikan pertandingan itu mengatakan bahwa sang wasit tak berhasil mengejar satu pun pemain yang diincarnya. Untunglah.
Dalam sebuah pertandingan antara Hartbeesfontein Wallabies melawan Try Agains, sebuah kejadian tragis terjadi. Wasit Lebogang Petrus Mokgethi menembak mati seorang pemain Try Agains. Wallabies memimpin pertandingan dengan keunggulan 2-0. Namun Try Agains mampu mencetak gol untuk mengurangi defisit kekalahan. Fans Wallabies menyerbu lapangan saat gol itu terjadi.
Seorang pemain Wallabies memanfaatkan kekacauan itu untuk mengambil kapak dan kemudian mengancam wasit. Sebelum pertandingan, wasit Mokgethi, entah bagaimana ceritanya, menitipkan pistolnya ke seorang teman yang menjadi penonton. Ia mengambil pistol itu ketika kerusuhan terjadi, Saat diancam dengan kapak, ia membela diri dengan menembak mati pemain Wallabies yang mengancamnya.