RSS

Siapakah Pemain Muda Terbaik di Asia Tenggara Saat Ini ke 1?

Sebelum kita menyaksikan Piala Asia U-23 tahun 2016 yang akan diadakan di Qatar pada bulan Januari nanti, FourFourTwo berhasil mengumpulkan 23 nama pemain muda terbaik di Asia Tenggara. Walaupun Indonesia sedang menjalani sanksi FIFA, tidak membuat para pemain muda "merah putih" hilang dari radar kami. Inilah 23 pemain muda terbaik se-Asia Tenggara...

Chanathip Songkrasin
Umur: 22
Negara: Thailand
Posisi: Pemain Tengah
Klub: BEC Tero Sasana
Pencapaian Tertinggi: Timnas senior
Penampilan di Timnas Senior: 21
Dikenal sebagai 'Messi Jay', Chanatip Songkrasin bukan hanya pemain muda terbaik di Thailand, tetapi ia telah membuktikan dalam beberapa tahun terakhir bahwa ia adalah salah satu pemain terbaik di Asia Tenggara.
Ketertarikannya pada sepakbola dimulai ketika ayahnya, Kongpob Songkrasin, punya ambisi besar untuk membesarkan ‘Jay’ menjadi pemain dengan gaya yang sama seperti Diego Maradona – pemain favoritnya. Selalu dianggap tubuhnya terlalu kecil sejak ia masih anak-anak, Chanatip yang bertinggi 158cm sejak itu terus menunjukkan bagaimana pemain-pemain bertubuh kecil pun bisa memberikan imbas besar pada pertandingan.
Selama lima tahun terakhir, ia telah merebut berbagai trofi, baik di kompetisi domestik maupun internasional, dimulai dengan SEA Games 2013 dan dilanjutkan dengan Piala Liga Thailand 2014 bersama BEC Tetero Sasana, AFF Suzuki Cup 2014, dan SEA Games tahun ini di Singapura.

Pada bulan Agustus, ia terpilih sebagai pemain terbaik Asia Tenggara tahun ini oleh ASEAN Football Federation (AFF), tetapi ia menegaskan kepada putra pabedilan bahwa ia masih perlu meningkatkan diri untuk mencapai targetnya.
“Saya harus lebih baik lagi dan yang terpenting adalah saya harus memimpin Thailand ke putaran final Piala Dunia,” kata sang playmaker. “Setelah saya melakukannya, baru semua orang bisa menyebut saya pemain terbaik.”
“Selain ambisi di tim nasional, saya juga ingin bermain di J-League Jepang. Banyak pemain dari ASEAN ingin pergi ke Eropa, tetapi saya yakin hal terbaik adalah memulainya dengan bermain di kompetisi sepakbola terbaik di Asia.” - TK

Do Duy Manh
Umur: 19
Negara: Vietnam
Posisi: Pemain Tengah
Klub: Hanoi T&T
Pencapaian Tertinggi: Timnas Senior
Penampilan di Timnas Senior: 2
Di usia 19 tahun, Do Duy Manh sudah tampil dalam laga krusial melawan Irak dan Thailand di babak kualifikasi Piala Dunia 2018, dan tidak diragukan lagi bahwa ia adalah salah satu bakat paling menjanjikan yang masih berusia di bawah 23 tahun di Vietnam.
Lahir di Hanoi, ia menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bermain di salah satu akademi pemain muda terbaik di Vietnam dan masuk ke tim utama Hanoi T&T musim ini. Ia langsung menjadi pemain reguler dengan mencetak dua gol dari 22 penampilan dan membantu Hanoi T&T finis di posisi kedua di V-League.”
Jadi bukan hal mengejutkan ketika pelatih kepala Vietnam Toshiya Miura, memutuskan untuk memasukkannya ke skuatnya dan sang pemain membalas kepercayaan itu dengan menjadi salah satu pemain kunci ketika Vietnam finis di posisi kedua di babak kualifikasi Piala Asia U-23 2016 dan memastikan tempat mereka di kompetisi yang akan dilangsungkan di Qatar pada tahun depan tersebut. - TK


Irfan Fandi
Umur: 18
Negara: Singapura
Posisi: Pemain Belakang/Pemain Depan
Klub: Courts Young Lions
Pencapaian Tertinggi: Singapura U-23
Penampilan di Timnas Senior: 0
Anak tertua dari legenda sepakbola Singapura, Fandi Ahmad, Irfan mengikuti jejak ayahnya dengan berusaha menjadi pesepakbola profesional. Dengan tinggi 1,86m, Irfan telah tampil bersama Singapura di level U-23 dan mencetak gol di laga-laga persahabatan melawan Jepang, Suriah, Laos, dan Timor Leste sebelum bergabung dengan tim SEA Games tahun ini.
Meski Singapura U-23 gagal lolos dari babak grup, sang pemain menunjukkan kemampuannnya yang menjanjikan ketika ia dimasukkan sebagai pengganti. Dengan menggunakan jersey No. 17 yang juga dikenakan ayahnya dulu, ia menunjukkan kemampuannya yang fleksibel dengan ikut bertahan ketika diperlukan dan menunjukkan keandalannya ketika harus menghadapi umpan-umpan silang ke dalam kotak penalti.
Perbandingannya dengan Fandi adalah hal yang tidak bisa dicegahnya, tetapi di usia 18 tahun, Irfan punya waktu yang masih panjang untuk membangun kariernya sendiri dan memenuhi potensinya yang besar. - ZK



Tanaboon Kesarat
Umur: 22
Negara: Thailand
Posisi: Gelandang bertahan/Bek tengah
Klub: BEC Tero Sasana
Pencapaian Tertinggi: Timnas Senior
Penampilan di Timnas Senior: 8
Banyak fans di Asia senang menjuluki pemain. Untuk Tanaboon, fans BEC Tero Sasana menyebutnya ‘Sergio Busquets-nya Thailand’ karena kemampuan defensifnya. Dia banyak diakui sebagai salah satu gelandang bertahan dan bek tengah terbaik di Thailand, Tanaboon bukanlah tipe pemain dengan tekel-tekel agresif.
Ia justru berusaha membaca pertandingan dan menunggu waktu yang tepat untuk mencuri bola. Brilian di lini belakang, pemain berusia 22 tahun ini juga bisa bermain dengan nyaman di lini tengah karena akurasi umpan dan pergerakannya yang cerdas, dengan ataupun tanpa bola.
Kemampuannya yang serba bisa membuatnya menjadi favorit pelatih tim nasional Thailand, 'Zico' Kiatisuk Senamuang, yang jelas menunjukkan bahwa ia adalah salah satu pemain penting di tim. Tanaboon telah tampil secara reguler baik di tim nasional senior dan U-23, memenangkan dua medali emas SEA Games (2013, 2015) dan gelar AFF Suzuki Cup 2014. - TK


Terens Owang Puhiri
Umur: 19
Negara: Indonesia
Posisi: Penyerang/sayap
Klub: Pusamania Borneo FC
Pencapaian Tertinggi: Indonesia U-16
Penampilan di Timnas Senior: 0
Nama Terens Owang Puhiri mungkin tak terlalu familiar bagi sebagian fans sepakbola Indonesia, tetapi ia pertama kali mencuri perhatian ketika ia menjadi pemain terbaik dan top skorer Danone Cup 2008, sebuah turnamen untuk pemain-pemain muda. Ia kemudian dipanggil ke tim U-16, dan mencetak hattrick ke gawang Myanmar di kualifikasi Piala Asia 2012.
Ia mendapatkan undangan untuk mengikuti seleksi masuk tim Indonesia untuk Piala Asia U-19 2014 dan meski ia gagal masuk ke tim, tawaran itu menginspirasinya untuk terus bekerja keras. Bermain di Piala Presiden tahun ini, ia mulai menancapkan namanya sebagai salah satu pemain muda paling menjanjikan di Indonesia.
Bermain untuk Pusamania Borneo FC bersama idolanya Boaz Solossa, ia mencetak dua gol dalam tiga pertandingan untuk membantu klubnya lolos dari babak grup. Ia memiliki kecepatan yang sangat bagus dan, di usia yang masih sangat muda, bisa menjadi bakat menjanjikan bagi masa depan. - TU


Matthew Davies
Umur: 20
Negara: Malaysia
Posisi: Bek kanan
Klub: Pahang FA
Pencapaian Tertinggi: Timna Senior
Penampilan di Timnas Senior: 2
Bek kelahiran Australia ini terus membuat prestasi sejak datang ke Malaysia pada April 2015. Sejak itu, ia sukses menjad bek kanan utama Pahang dan menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan mengambil posisi utama di tim nasional secara permanen juga.
Kepindahan Davies ke Malaysia adalah sebuah kejutan mengingat ia adalah kapten tim Australian Institute of Sport dan mejadi Pemain Terbaik di National Youth League 2011-12. Ia membela The Young Socceroos, tetapi memutuskan untuk bermain di level senior untuk Malaysia, negara kelahiran ibunya.
Davies telah mewakili tim U-23 Malaysia di SEA Games dan mendapatkan debut di tim senior di bawah asuhan Ong Kim Swee di babak kualifikasi Piala Dunia pada bulan September lalu. Ia membuat debut di laga melawan Arab Saudi yang terkenal karena harus diakhiri setelah suporter Harimau Malaya berulah dan mendapatkan penampilan keduanya dalam kemenangan 1-0 atas Timor-Leste pada bulan Oktober.
Davies mendapatkan pujian setelah penampilannya bersama tim nasional. Meski bukan fullback terbaik dalam hal kecepatan, kontribusinya secara keseluruhan membuatnya menjadi bek kanan terbaik Malaysia saat ini. Ia solid dalam bertahan dan bisa memberikan dukungan dalam serangan tanpa meninggalkan terlalu banyak ruang kosong di belakang. - VV
image: http://images.cdn.fourfourtwo.com/sites/fourfourtwo.com/files/styles/inline-image/public/mattdavies_1_4_3-2.jpg?itok=iAp5f4Gp

Peerapat Notchaiya
Umur: 22
Negara: Thailand
Posisi: Bek kiri/sayap kiri
Klub: BEC Tero Sasana
Pencapaian Tertinggi: Timnas Senior
Penampilan di Timnas Senior: 7
Ketika pembicaraan soal bek kiri terbaik Thailand muncul, nama pertama yang akan disebut adalah kapten Thailand, Theerathorn Bunmathan. Tetapi ada pemain lain yang ada di belakang nama yang lebih senior itu, yang level konsistensinya sangat impresif dalam lima tahun terakhir.
Peerapat Notchaiya diangkat ke tim nasional oleh 'Zico' Kiatisuk Senamuang dalam kemenangan mengejutkan 5-1 atas raksasa Asia, Tiongkok, dalam laga persahabatan di tahun 2013. Ia menjadi pemain reguler di tim U-23, dan yang disukai oleh fans Thailand darinya bukan hanya talentanya, tetapi juga kepribadiannya dan kemampuannya menjadi panutan.
Anak dari seorang yang sangat mencintai sepakbola, Peerapat juga jatuh cinta pada olahraga ini sejak kecil. Tetapi ketika usianya lima tahun, ayahnya meninggal dunia dan membuatnya tinggal berdua bersama ibunya. Namun dukungan yang tanpa henti dari ibunya membuat pemain yang dikenal dengan nama ‘Bas’ ini tidak berhenti dan akhirnya menjadi pemain profesional.
Ada sebuah cerita yang membuat fans Thailand menitikkan air mata di final AFF Suzuki Cup 2014. Ketika peluit panjang dibunyikan dan Thailand memenangi gelar juara, Peerapat menatap langit dan berteriak, “Saya berhasil, Ayah... Saya berhasil!” Ia akan menjadi salah satu pemain kunci dalam Piala Asia U-23 di Qatar nanti. - TK


Chan Vathanaka
Umur: 21
Negara: Kamboja
Posisi: Penyerang/sayap/gelandang serang
Klub: Boeung Ket Angkor
Pencapaian Tertinggi: National team
Penampilan di Timnas Senior: 9
Dijuluki sebagai ‘Gareth Bale-nya Kamboja’, atau bahkan Neymar olah sebagian fans lainnya, Vathanaka jelas merupakan prospek paling panas di sepakbola Kamboja. Seorang pemain yang serba bisa, ia sering dimainkan sebagai gelandang serang atau beroperasi di belakang striker utama. Atau, jika perlu, ia juga bisa meneror lini belakang lawan lewat sisi lapangan. Ia punya kecepatan yang bagus dan kontrol bola yang bagus, tetapi kemampuannya untuk menyelesaikan peluang dengan kaki kirinya adalah yang membedakannya dari gelandang serang pada umumnya.
Vathanaka dipanggil ke tim nasional Kamboja untuk pertama kalinya pada Maret 2013 dan membuat debut internasionalnya melawan Turkmenistan pada babak kualifikasi AFC Challenge Cup 2014. Ia mencetak gol pertamanya untuk Kamboja dalam kemenangan 2-0 atas Cina-Taipei dalam laga persahabatan di bulan Oktober 2014.
Vathanaka sejak itu memainkan peran krusial dalam kualifikasi Piala Dunai 2018, dengan tampil sebagai pengganti dan mencetak dua gol dalam kemenangan 3-0 di kandang atas Macau yang membawa negaranya ke putaran kedua. Ia juga tampil menonjol dalam kekalahan Kamboja 2-1 dari Singapura di kandang lawan. -

Evan Dimas
Umur: 20
Negara: Indonesia
Posisi: Midfielder
Klub: Persebaya Surabaya
Pencapaian Tertinggi: Timnas senior
Penampilan di timnas senior: 1
Setelah bersinar di tim U-19 dan U-23 Indonesia, Evan Dimas diharapkan bisa bergabung dengan salah satu klub Eropa tahun ini, namun gagal karena dirinya tidak bisa meyakinkan klub Spanyol UE Llagostera untuk merekrutnya.

Dia sudah bermain sekali untuk tim senior Indonesia, Evan Dimas masuk dalam skuat Piala AFF Suzuki 2014 untuk bermain di Vietnam, dia mencetak gol pada debutnya dan mencetak sebuah assist dalam kemenangan 5-1 atas Laos. Dirinya sudah diprediksikan akan menjadi bintang sejak mencetak hat-trick brilian kala melawan Korea Selatan U-19 dalam pertandingan kualifikasi AFC U-19  pada akhir 2013.

Berperan sebagai playmaker handal, pemain yang baru berusia 20 tahun ini bermain lebih ke dalam untuk menguasai bola sebelum maju untuk menyerang. Salah satu penampilan terbaiknya tahun ini adalah saat melawan Singapura di SEA Games, ketika ia mencetak gol tunggal untuk memastikan tuan rumah tersingkir dari babak penyisihan grup. Dengan PSSI saat ini yang terkena sanksi FIFA, bermain di luar negeri pasti menjadi pilihan bagi anak muda berbakat ini. - TU


Narubadin Weerawatnodom
Umur: 21
Negara: Thailand
Posisi: Right-back
Klub: Buriram United
Pencapaian Tertinggi: Timnas senior
Penampilan di Timnas Senior: 17
Dianggap oleh presiden klub Buriram United, Newin Chidchob, sebagai bagian penting dari formasi 3-5-2 timnya, Narubadin dikenal senagai bek sayap lincah yang suka naik turun untuk membantu serangan dan pertahanan.

Direktur klub, Robert Procureur, membawa Narubadin ke BEC Tero Sasana setelah ia menunjukkan bakat yang menjanjikan di akademi Police United dan dirinya berhasil dengan tidak pernah mengecewakan klub barunya dan langsung menjadi salah satu pemain terpenting karena membawa mereka juara Piala Liga pada tahun 2014.
Di tim nasional, bek 21 tahun ini dibawa oleh mantan pelatih Thailand, Winfried Schäfer, dan mencetak gol pertamanya dalam pertandingan persahabatan melawan timnas Finlandia yang dipimpin oleh mantan striker Chelsea, Mikael Forssell.

Saat berada di bawah kepelatihan Kiatisuk 'Zico' Senamuang, Narubadin menjadi bagian penting dari tim yang memenangkan emas di SEA Games 2013, urutan keempat di Asian Games 2014 dan menjuarai AFF Suzuki Cup 2014 dan SEA Games 2015 di Singapura.-

Pages

Vo Huy Toan
Umur: 22
Negara: Vietnam
Posisi: Sayap / bek kiri 
Klub: Da Nang FC
Pencapaian Tertinggi: Timnas Senior
Penampilan di Timnas Senior: 2
Pemain sayap kiri berusia 22 tahun ini dianggap sebagai aset penting untuk sepak bola Vietnam oleh para suporter lokal. Tapi karir sepak bolanya tidak mudah.

Pada 2013, Vo Huy Toan hampir berhenti bermain sepak bola karena memiliki masalah dengan pelatih kepala Hanoi FC yang membuatnya jarang bermain. Namun, sebelum kembali ke kampung halamannya, telepon dari Da Nang FC membuat dirinya mendapatkan kesempatan baru untuk mengubah segalanya dan Vo Huy Toan tak membiarkan kesempatan itu lepas dari genggamannya.

Diperkenalkan ke tim nasional oleh pelatih kepala timnas Vietnam asal Jepang, Toshiya Miura, untuk pertama kalinya di Piala Suzuki AFF 2014, dimana dia mencetak gol di leg pertama semi-final melawan Malaysia di pertandingan yang akhirnya dimenangkan dengan Malaysia dengan skor 5-2 secara agregat.

Vo Huy Toan sukses menjadi top skor bersama di SEA Games 2015 bersama pemain Myanmar, Aung Sithu dan Thailand Chananan Pombuppha, Vo sudah membuktikan dirinya di tim nasional.

Selebrasinya yang bersemangat, dengan mengambil bendera kecil Vietnam yang disembunyikan di pelindung kakinya -  membuatnya menjadi sosok populer di kalangan pendukung Vietnam. - TK

Thanin Phanthavong
Umur: 17
Negara: Laos
Posisi: Pemain tengah
Klub: Bangkok Glass FC
Pencapaian Tertinggi: Laos U-19
Penampilan di Timnas Senior: 0
Sejak awal, Panthawong yang berposisi sebagai gelandang serang sudah lama bermimpi bisa bermain di salah satu liga top di Asia Tenggara dan mimpi itu menjadi kenyataan ketika Hans Rudolf Emser, kepala departemen pengembangan pemain muda Bangkok Glass FC, membawanya ke dalam tim akademi tiga tahun lalu.

Dia mulai menonjol ketika menjadi anggota penting dari tim Laos U-16 yang masuk final AFF Youth Championship U-16. Meski kalah 1-0 di pertandingan melawan Thailand, performa Panthawong ini diterima dengan baik dan menarik perhatian Emser, yang kemudian membawanya ke Bangkok.

Dirinya menjadi satu-satunya pemain Laos yang berkarier di Thailand, ia mungkin belum diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dengan The Rabbits di Thai Premier League, ia malah menghabiskan sebagian besar waktunya dengan Rangsit FC, klub afiliasi dari Bangkok Glass di liga regional. Tetapi mengingat potensinya yang besar, wajar saja jika kita memprediksikan dia akan segera mendapatkan kesempatan dan segera menjadi bintang besar Vietnam dan klubnya. -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Siapakah Pemain Muda Terbaik di Asia Tenggara Saat Inike 2?

Amirul Adli
Umur: 19
Negara: Singapura
Posisi: Pemain belakang/pemain tengah
Klub: Courts Young Lions
Pencapaian Tertinggi: Timnas Senior
Penampilan di Timnas Senior: 4
Ini merupakan perjalanan karir yang pesat bagi Amirul Adli, yang membuat debut timnas senior saat melawan Papua Nugini, September tahun lalu. Bek muda ini kemudian mewakili Singapura di Asian Games sebelum terpilih masuk skuat besutan Bernd Stange untuk ajang AFF Suzuki Cup.

Sementara banyak yang berpikir bahwa Amirul hanya akan menjadi pelengkap semata di tim, pemain remaja ini secara mengejutkan membuat debutnya di Piala Suzuki saat melawan Malaysia dengan Lions tertinggal satu gol dan nyaris tersingkir.

"Ketika saya mengenakan jersey Singapura, saya berpikir untuk memberikan 100 persen kepada negara saya, terlepas dari usia saya," katanya kepada putra pabedilan pada saat itu. Singapura akhirnya kalah 3-1, tetapi Amirul kemudian terbukti menjadi bek tangguh. Dia berhasil menutupi tinggi badannya yang tak terlalu tinggi dengan kemampuan bertahannya yang luar biasa.

Jiwa kepemimpinan yang dimilikinya juga membuatnya digadang-gadang sebagai kapten masa depan Singapura. -

Thitiphan Puangchan
Umur: 22
Negara: Thailand
Posisi: Pemain tengah/Bek kanan
Klub: Muangthong United  
Pencapaian Tertinggi: Timnas senior
Penampilan di Timnas Senior: 2
Dikenal sebagai putra mantan pemain tim nasional Thailand, Pairoj Puangchan, Thitiphan mulai menarik perhatian setelah encetak gol jarak jauh melawan Korea Selatan dalam kualifikasi AFC U-19 2012 (lihat video di bawah).
Pada awalnya Thitiphan sering bermain di posisi bek kanan, namun pelatih tim nasional Kiatisuk Senamuang menggesernya ke posisi gelandang serang pada SEA Games 2013 di Myanmar. Perubahan posisi ini berhasil menampilkan potensi besar dalam posisi barunya, ia sukses menjadi salah satu pemain bintang dalam tim yang memenangkan medali emas SEA Games pertama mereka dalam delapan tahun.

Tahun lalu Thitiphan menjadi pemain reguler untuk Muangthong United di Thailand Premier League sampai cedera lutut serius yang membuatnya absen dari sepak bola selama enam bulan, hal itu memaksa dirinya absen di Asian Games 2014 dan AFF Suzuki 2014. Tapi kini dirinya telah kembali pulih sepenuhnya dan merupakan bagian penting dari tim yang memenangkan medali emas SEA Games 2015. -
Kogileswaran Raj
Umur: 17
Negara: Malaysia
Posisi: Pemain Tengah
Klub: Harimau Muda C
Pencapaian Tertinggi: Malaysia U-19
Penampilan di Timnas Senior: 0
Lahir di Kuala Lumpur, Kogileswaran bisa menjadi idola sepak bola Malaysia jika ia terus mengasah bakatnya. Dicap sebagai calon bintang, Kogileswaran - yang lebih dikenal sebagai 'Kogi' - adalah bagian timnas Malaysia untuk Piala Dunia di level umur berapapun musim lalu.

Maestro lini tengah ini mulai mendapatkan sorotan saat Tim Malaysia U-16 mencapai delapan besar AFC Piala Asia U-16 2014. Ia kemudian mencetak gol pembuka saat melawan Australia, tapi tidak bisa mencegah kekalahan timnasnya 2-1 yang mengakhiri harapan Malaysia untuk berlaga di Piala Dunia U-17, karena hanya semi-finalis yang bisa lolos ke Piala Dunia U-17 2015.

Tahun lalu, pemain yang mendukung Manchester United ini masuk menjadi tiga sosok yang dinilai pemain paling berharga di Nike All Asia Football Camp, yang terdiri dari 60 peserta di Doha. Dia juga menjadi bagian dari tim Malaysia yang memenangkan AFF U-15 pada 2013 dan sempat masuk skuat Malaysia untuk SEA Games di tahap pertama sebelum gagal dalam tahap seleksi berikutnya. -

Nguyen Cong Phuong
Umur: 20
Negara: Vietnam
Posisi: Attacking midfielder
Klub: Hoang Anh Gia Lai
Pencapaian Tertinggi: National team
Penampilan di Timnas Senior: 2
Dijuluki 'Messi dari Vietnam' oleh fans dan media karena gaya bermain dan ketrampilannya dalam menggiring bola, Nguyen Cong Phuong merupakan bakat paling menjanjikan di sepak bola Vietnam. namun awal karirnya tidak terlalu mudah.

Banyak tim lokal menolak untuk mengontraknya karena merasa ia tidak memiliki tinggi dan berat badan yang sesuai, tapi Cong Phuong akhirnya dibawa ke HAGL - Arsenal JMG Academy, di mana ia menghabiskan delapan tahun sebelum memperoleh promosi ke tim utama HAGL di 2015.


Nama Cong Phuong menjadi terkenal pada tahun 2013, di mana ia menjabat sebagai kapten tim Vietnam U-19, dia menjadi top-skor dengan tujuh gol selama kualifikasi AFC U-19 2014.

Saat ini, Nguyen Cong Phuong mapan di level klub dan masih membangun peluangnya di timnas, dirinya bermain dalam dua pertandingan di kualifikasi Piala Dunia 2018 dan masuk sebagai pemain pengganti melawan Irak dan Thailand. -
Muchlis Hadi Ning Syaifulloh
Umur: 20
Negara: Indonesia
Posisi: Penyerang
Klub: PSM Makassar
Pencapaian Tertinggi: Indonesia U-23
Penampilan di Timnas Senior: 0
Muchlis Hadi adalah bagian dari generasi emas skuat tim nasional Indonesia U-19 dibawah arahan pelatih Indra Sjafri. Dia menandatangani kontrak empat tahun bersama PSM sejak 2013, duetnya bersama penyerang veteran dari Serbia, Nemanja Vucicevic memberikan dampak yang positif baginya. Sayang perkembangannya sedikit terhenti setelah FIFA memberikan sanksi bagi Indonesia yang membuat Muchlis sulit menambah pengalamannya dengan bermain di Indonesia Super League.
Lahir di Mojokerto, Indonesia, dirinya sudah mulai bermain bola saat masih kecil dan ketika di usia 13 tahun, Muchlis mendapat panggilan dari program nasional di Hong Kong. Pemain berusia 20 tahun ini memiliki semua kapasitas yang dibutuhkan oleh seorang poacher yakni kecepatan, kekuatan, determinasi dan insting membunuh di kotak penalti, ditambah dia juga tidak takut untuk bertarung dengan bek-bek yang memiliki fisik yang lebih besar darinya di kotak penalti lawan.
Muchlis menjadi senjata utama Indonesia di SEA Games 2015, penampilannya di Singapura memperjelas kepada masyarakan bahwa masa depannya sangat cerah dan karena sanksi dari FIFA yang melanda Indonesia, opsi berkarier di luar negeri menjadi pilihan terbaik. -
Aung Thu
Umur: 19
Negara: Myanmar
Posisi: Penyerang
Klub: Yadanarbon
Pencapaian Tertinggi: Timnas Senior
Penampilan di Timnas Senior: 3
Penyerang berusia 19 tahun ini mungkin menjadi pemain muda paling terkenal di Myanmar saat ini. Aung Thu pertama kali mencuri perhatian ketika ambil bagian di kejuaraan AFF U-16 tahun 2011. Saat itu berhasil dia berhasil membukukan dua gol dan namanya semakin naik ketika tahun 2014 Thu tampil pada Piala Asia U-19 yang berlangsung di negaranya sendiri.
Penampilannya yang di atas rata-rata sukses membantu negaranya lolos ke semi final yang membuat Myanmar berhak melaju ke Piala Dunia U-20 2015 di Selandia Baru untuk pertama kalinya dalam sejarah sepak bola Myanmar.
Walau menelan kekalahan di tiga laga fase grup di Selandia Baru, performan Aung Thu sangat menjanjikan sekaligus memuaskan penonton. Dia bahkan mampu mencetak satu gol saat timnya tunduk 5-1 dari tuan rumah, catatan tersebut membuat ia menjadi satu-satunya pemain yang mampu mencetak gol di kompetisi ini. -

Worachit Kanitsribumphen
Umur: 18
Negara: Thailand
Posisi: Gelandang Serang
Klub: Chonburi FC.
Pencapaian Tertinggi: Thailand U-19
Penampilan di Timnas Senior: 0
Playmaker berusia 19 tahun ini masuk dalam daftar ini lantaran bakatnya yang luar biasa. Walau masih muda, Worachit mampu menampilkan kedewasaan di lapangan dan memimpin Thailand U-19 menjadi juara di ASEAN Championship 2015 termasuk menjadi pencetak gol terbanyak.
Dia juga membantu timnya meraih tempat kedua di babak kualifikasi grup tepat di belakang Korea Selatan pada ajang kualifikasi Piala Asia U-19 2016, dan memastikan satu tempat di Bahrain dalam putaran final tahun depan.
Worachit berhasil mencuri perhatian sepak bola dalam negeri ketika menjadi pemain paling muda yang tampil di kompetisi domestik kala berusia 16 tahun dan 362 hari. Selanjutnya pada 8 Agustus, dia menjadi pencetak gol termuda di Thai Premier League hingga akhirnya rekornya pecah oleh Eakanit Panya saat baru menginjak 16 tahun dan membela Chiang Rai United.
Pemain milik Chonburi FC ini dikabarkan dalam pantauan raksasa Inggris, Liverpool saat melakukan kompetisi persahabatan di Indonesia bulan Januari, tapi tim asal Merseyside tersebut malah mengambil pemain muda Brazil, Allen Rodriguez de Souza. -
Ikhsan Fandi
Umur: 16
Negara: Singapura
Posisi: Gelandang Serang/penyerang
Klub: Club Deportivo Universidad Católica, Chile
Pencapaian Tertinggi: Singapura U-16
Penampilan di Tim Senior: 0
Adik paling muda Irfan, Ikhsan berhasil membuat penampilan gemilang baru-baru ini di Lion City Cup bulan Agustus kemarin.
Penyerang muda ini membuat warga Singapura mulai memperhatikan dirinya usai mencetak hat-trick dalam 10 menit, tiga golnya tercipta melalui kaki kanan kemudian kaki kiri dan sundulan saat menghadapi lawan kuat Academy Australia. Dia menjadi pemain paling menonjol dan membuat timnya mampu mengejar ketinggalan tiga gol lebih dahulu di babak pertama, walaupun di akhir pertandingan mereka tetap kalah lewat adu penalti.
Ikhsan sekarang menuntut ilmu di CD Universidad Catolica dan berharap bisa mendapat kontrak sebagai profesional dari klub Cile ini. Dia memiliki kombinasi kaki yang cepat dan teknik penyelesaian sangat baik yang membuat Ikhsan menjadi ancaman bagi bek lawan.
“Saya berharap bisa bermain di Eropa,” katanya belakangan ke putra pabedilan “Dimanapun tidak jadi masalah tapi Inggris atau Jerman lebih baik.” - ZK

Adam Alis
Umur: 21
Negara: Indonesia
Posisi: Pemain Tengah
Klub: East Riffa, Bahrain
Pencapaian Tertinggi: Indonesia U-23
Penampilan di Timnas Senior: 0
Playmaker Indonesia U-23 tahun ini yang sukses menjadi bintang skuat di SEA Games sekarang telah mendapatkan kontrak selama satu tahun dengan klub Bahrain, East Riffa dan tampil di Bahraini Premier League, dirinya memutuskan untuk berkarier di luar Indonesia setelah Indonesia menerima hukuman dari FIFA. Di usianya yang baru 21 tahun, Adam diperkirakan akan menjadi pemain besar di masa mendatang terlebih kawasan Asia Tenggara.
Kekuatan utamanya ada di tekel, visi serta kapabilitas untuk memberikan umpan jauh kepada rekan satu tim. Bermain bersama Evan Dimas di timnas U-23, gaya bermain Adam mengingatkan kita pada pemain veteran asal Argentina, Esteban Cambiasso.
Mengikuti jejak pemain Indonesia seperti Rudy Eka Priyambada dan Ryuji Utomo yang sudah bermain lebih dahulu bagi klub di Bahrain membuat Adam berada di jalan yang benar untuk mengasah kemampuannya.
Mimpinya bergabung dengan Internazionale, klub yang ia dukung sejak kecil, adalah hal yang tidak mungkin, hal itu bisa saja itu terjadi apabila dirinya bisa terus berkembang di Bahrain dan mencanangkan target masa depannya bagi klubnya dan negaranya. -
Prak Mony Udom
Umur: 21
Negara: Kamboja
Posisi: Pemain Tengah
Klub: Svay Rieng
Pencapaian Tertinggi: Timnas Senior
Penampilan di Timnas Senior: 18
Kapten tim nasional Kamboja U-23 dipercaya sebagai pemain muda terbaik di dalam negeriny oleh media setempat serta para fans. Besar di Phnom Penh, ibu kota dari Kamboja, dirinya sudah mulai menjadi pemain profesional sejak 2009 pada usia 15 tahun bersama Svay Rieng FC, klub yang saat ini ia pimpin.
Semenjak bergabung di Svay Rieng FC, Mony Udom sudah memegang peranan penting di skuat dan mebawa klub ini berjaya di dalam negeri seperti mendapat titel liga tahun 2013 kemudian turnamen Hun Sen Cup edisi 2011, 2012 dan 2015.
Edisi terakhir Hun Sen Cup, Mony Udom sukses menjadi pencetak gol terbanyak. Di level internasional ia juga adalah pemain tetap di skuat inti, 18 kali sudah dirinya tampil termasuk empat kali saat menjalani kualifikasi Piala Dunia tahun ini. Ia juga mencetak satu gol ke gawang Brunei saat penyisihan AFF Suzuki Cup 2012. -
Sansern Limwattana
Umur: 18
Negara: Thailand
Posisi: Midfielder
Klub: Buriram United - saat ini sedang dipinjamkan ke Phichit FC
Pencapaian Tertinggi: Thailand U-19s  
Penampilan di Timnas Senior: 0
Gelandang bertahan berusia 18 tahun asal klub Buriram United ini masuk daftar pemain muda terbaik Asia Tenggara setelah tampil apik pada kualifikasi Piala Asia U-19 bulan ini.
Semasa kecil, dirinya sering bermain sebagai penyerang, tapi pelatih Thailand U-19, Anurak Srikerd memindahkan Sanser ke tengah dimana akhirnya dia mampu bermain jauh lebih baik ketimbang saat bermain di depan. Kekuatan utamanya adalah akurasi umpan silang ditambah tembakan keras dari jarak jauh seperti yang dia perlihatkan saat AFF Under-19 Championships, dimana akhirnya timnas Thailand menjadi juara di ajang tersebut pada bulan September kemarin dan lagi pada kualifikasi Piala Asia U-19 mereka sukses lolos ke turnamen yang akan berlangsung di Bahrain tahun depan.
Menariknya Sansern hampir saja membela tim nasional Selandia Baru dikarenakan legenda tim Kiwi, Wynton Rufer memberikan kesempatan baginya untuk bermain di Waitakere United dalam ASB Premiership. Klub tersebut sangat tertarik dengan bakatnya tetapi Sansern rindu kampung halaman dan menolak tawaran tersebut dan memutuskan untuk kembali ke Thailand.  -

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kumpulan Duel Indonesia vs Malaysia Paling Menarik Dari Era 90an Hingga Sekarang

Indonesia dan Malaysia seolah tidak dapat dijauhkan dari kata perselisihan. 
Maklum saja, jarak yang berdekatan dan juga faktor gengsi menjadi ukuran bagi kedua negara ini untuk terus bersaing di dunia global. Berbagai masalah seakan tak ada hentinya jika dua negara serumpun ini saling terkait satu sama lain.
Dalam sepakbola, sejak pertama kali bersua pada tahun 1957, Garuda dan Harimau Malaya juga tak jauh dari kata persaingan. Berada dalam satu wilayah yang sama (Asia Tenggara), menjadikan Indonesia dan juga Malaysia berlomba-lomba menjadi yang terbaik.
Untuk mengingat kembali sejarah pertemuan kedua negara di pentas internasional, makan putra pabedilan Indonesia coba membuka lembaran demi lembaran arsip pertemuan antara Indonesia melawan Malaysia mulai medio 90-an hingga 2010-an.

23 Agustus 1990: Indonesia vs Malaysia 2-0 (Piala Kemerdekaan)
Kubu Indonesia yang pada waktu itu dilatih oleh pelatih asal Rusia, Anatoli Palosin, sukses menumbangkan Malaysia dengan skor 2-0. Dua gol yang masing-masing dilesakkan oleh Mustaqim dan Peri Sandria memupus harapan Harimau Malaya melaju ke babak final.
Indonesia sendiri tumbang di partai puncak setelah gagal menaklukan perlawanan sengit tim nasional Australia.
26 November 1991: Indonesia vs Malaysia 2-0 (SEA Games Filipina)


Sumber foto: sport.detik.com
Anatoli Polisin kembali menghadirkan mimpi buruk bagi Malaysia, kali ini di ajang SEA Games 1991. Ya, di fase grup, Malaysia yang notabene juara bertahan SEA Games harus menerima kenyataan pahit karena dikalahkan oleh Indonesia lagi-lagi dengan skor 2-0.
Adalah Widodo Cahyono Putro yang menghancurkan ekspetasi Harimau Malaya untuk mempertahankan gelar tersebut. Ia berhasil mencetak dua gol masing-maisng di menit ke-11 dan 55.
Publik Malaysia bertambah sakit setelah di akhir turnamen Indonesia sukses merengkuh gelar SEA Games. Kemenangan atas tim kuat Thailand di babak final menegaskan keperkasaan tim Garuda saat itu.





13 September 1996: Malaysia vs Indonesia 3-1 (Piala Tiger)
Pada edisi pertama penyelenggaraan Piala Tiger (kini Piala AFF) di Singapura, Indonesia dan Malaysia berhasil menggapai babak semi-final. Sayangnya, di babak ini tim Garuda yang dilatih oleh Danurwindo gagal mengimbangi kekuatan Harimau Malaya.
Kurnia Sandi dkk dipaksa menyerah dengan skor cukup telak 3-1. Tiga gol Malaysia saat itu dicetak oleh K. Sanbagamaran, Rusdee Sulong dan Samsurin, sementara gol semata wayang Indonesia dilesakkan oleh Fachri Husainy. Hasil itu membuat Garuda gagal melangkah ke babak final dan bertemu dengan tim Thailand.
Akan tetapi, di partai puncak publik Indonesia bisa sedikit bernapas lega karena sang rival menyerah dari Gajah Putih yang menjadi juara di edisi perdana ini.
9 Oktober 1997: Indonesia vs Malaysia 4-0 (SEA Games Indonesia)
Pada tahun 1997, Indonesia menjadi tuan rumah di ajang dua tahunan itu. Faktor tuan rumah menjadi tenaga tambahan bagi skuat Garuda untuk menunjukkan yang terbaik terlebih saat menjamu musuh bebuyutan, Malaysia.
Hal tersebut terbukti setelah tim Garuda membantai Harimau Malaya dengan skor telak 4-0 di fase grup A. Dua gol dari Fachri Husainy dan masing-masing gol dari Widodo C. Putro dan Kurniawan Dwi Yulianto membenamkan laju Shamsul Amri cs.
Sayangnya, di SEA Games kali ini Indonesia gagal meraih medali emas setelah tumbang dari Thailand melalui drama adu penalti.

2 Agustus 1999: Malaysia vs Indonesia 0-6 (SEA Games Brunei Darussalam)
Lanjutan Grup B SEA Games 1999, Indonesia lagi-lagi bersua dengan Malaysia. Laga yang digelar di Stadion Bandar Seri Begawan tersebut berhasil dimenangkan oleh tim Garuda dengan skor amat telak, 6-0.
Bambang Pamungkas yang saat itu baru menjalani debutnya di ajang resmi bersama tim nasional berhasil memukau para pecinta sepak bola Asia dengan menyumbang dua gol ke gawang Ahmad Shahrul.
Namun, kemenangan atas rival terberat itu tak diimbangi dengan laju kencang Indonesia di babak selanjutnya. Di akhir turnamen, skuat arahan Nandar Iskandar itu harus puas dengan status mereka sebagai juara ketiga.


BP sukses mencetak dua gol ke gawang Malaysia di awal-awal kariernya di timnas




27 Desember 2002: Indonesia vs Malaysia 1-0 (Piala Tiger)
Tidak sempat bersua di fase grup, Indonesia dan Malaysia akhirnya berjumpa di babak menentukan, yakni semi-final. Menjadi tuan rumah dan memiliki materi yang dinilai lebih baik, Garuda sukses menumbangkan Malaysia dengan skor tipis 1-0.
Bambang Pamungkas menjadi pahlawan di ajang ini lewat gol semata wayang di menit ke-75.
Namun kembali, tim nasional Indonesia gagal meraih tempat pertama setelah kalah dalam adu penalti melawan tim Thailand di babak final. Tendangan dari dua pemain, Sugiyantoro dan Firmansyah Agus berhasil dimentahkan oleh Sinthaweechai Hathairattanakool.






26 Desember 2010: Malaysia vs Indonesia 3-0 (Final Piala AFF Leg Pertama)
Hasil sangat mengecewakan didapat oleh Bambang Pamungkas cs di babak final Piala AFF 2010. Bagaimana tidak? Skuat Garuda yang semula bermain sangat impresif justru harus tumbang dengan skor telak 3-0 saat bersua Malaysia pada leg pertama di Stadion Bukit Jalil.
Bertanding di hadapan puluhan ribu suporter Malaysia, Indonesia yang dilatih oleh Alfred Riedl tersebut harus keteteran menerima serangan bertubi-tubi dari Safee Sali cs. Kesalahan Hamka Hamzah yang berbuah gol pertama bagi Harimau Malaya dinilai sebagai awal runtuhnya mental para penggawa Garuda saat itu.
Hasil ini memaksa Indonesia harus bekerja ekstra pada leg kedua yang sedianya digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno tiga hari berselang.




29 Desember 2010: Indonesia vs Malaysia 2-1 (Final Piala AFF Leg Kedua)
Sadar harus berjuang lebih keras, pasukan Indonesia langsung menggebrak pertahanan Malaysia sejak awal laga. Alhasil, hadiah berupa tendangan penalti berhasil diperoleh, sayang sepakan Firman Utina gagal menjebol gawang Khaerul Fahmi.
Banyaknya peluang yang diperoleh tim nasional Indonesia gagal dimaksimalkan. Sehingga, Bambang Pamungkas cs disentil oleh Malaysia lewat gol Safee Sali di pertengahan babak kedua.
Namun, dengan tekad tinggi untuk mempertahankan martabat bangsa, para pemain Indonesia akhirnya mampu membalas lewat dua gol dari M Nasuha dan M Ridwan.
Sayang, meski berhasil menang, Indonesia yang sejak fase grup tampil sangat bagus harus rela menerima kenyataan bahwa Malaysia-lah yang di akhir cerita berhasil membawa pulang trofi AFF 2010.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

10 pertandingan terpanas di lapangan hijau

terdapat banyak rivalitas antara tim di lapangan sepak bola, salah satu rivalitas yang biasanya menyajikan pertandingan paling seru dengan atmosfer penonton paling panas adalah pertandingan derby. Istilah ini digunakan untuk menyebut sebuah pertandingan antara dua tim dari satu kota yang sama atau negara yang sama. Selain mempertaruhkan tiga angka dari sebuah kemenangan, sebuah derby biasanya juga mempertaruhkan gengsi dari masing-masing pendukungnya tentang siapa yang pantas menjadi raja dari kota tersebut. Atmosfer yang panas juga sering kali melahirkan bentrokan antara dua kubu pendukung kesebelasan yang sedang bertanding. Berikut Merdeka.com berikan 10 derby terpanas yang terjadi di sepak bola.

1.
Borussia Dortmund vs Schalke (Revier derby)

10 Derby terpanas di lapangan hijau- Perbandingan antara dua klub yang berada di wilayah Borussia di lembah sungai Ruhr atau Revier ini adalah salah satu derby terpanas pada sejarah sepak bola. Kota Dortmund dan Gelsenkirchen merupakan dua kota yang memiliki jarak cukup dekat, selain itu kedua tim ini juga termasuk dalam jajaran tim elit di Bundes liga. Selain karena persaingan prestasi dari kedua klub, pertandingan ini juga terjadi karena perbedaan status sosial antara kedua pendukung tim.
Kedua tim ini juga memiliki jumlah penggemar yang termasuk paling besar di Jerman serta sejarah yang sangat panjang. Derby ini juga mencerminkan masalah lama dan perbedaan kesenjangan kedua kota antara penggali dan penambang di Gelsenkirchen dan orang-orang yang lebih kaya di Dortmund. Hingga saat ini identitas itu tetap digunakan sebagai latar belakang dari perseteruan ini.

2.
Arsenal vs Tottenham Hotspurs (derby London utara)

10 Derby terpanas di lapangan hijaur - Walaupun terdapat banyak tim yang bermarkas di London tetapi perseteruan dari kedua tim ini lah yang dianggap paling panas. Sama-sama bermarkas di wilayah utara kota London, kedua klub ini memiliki sejarah perseteruan yang sudah cukup panjang. Banyak yang mengatakan perseteruan ini juga disebabkan karena latar belakang pendukung dari kedua kesebelasan.
Tottenham memiliki penduduk yang sebagian besar merupakan keturunan yahudi sedangkan Arsenal banyak didukung oleh imigran dari wilayah Afrika dan Amerika. Kedua kesebelasan ini bahkan memiliki ejekan dan lagu khusus untuk saling mengejek. Walau sempat tenggelam di tahun 90-an, kebangkitan Tottenham pada akhir-akhir ini membuat derby ini menjadi panas kembali.

3.
West Ham United - Millwall (dockers derby)
 10 Derby terpanas di lapangan hijau

 - Derby ini adalah salah satu derby yang paling panas dan brutal yang ada di Inggris. Bahkan cerita tentang derby ini pernah diangkat dalam sebuah film berjudul Green Street Hooligan. Perseteruan ini disebut telah berakar hingga 90 tahun yang lalu dan munculnya istilah dockers derby ini juga.
Kedua tim ini bermarkas di sisi yang berbeda dari sungai Thames dan pada saat itu sebagian pemain dan penggemarnya adalah pekerja di dermaga sekitar sungai tersebut. Perkelahian dan cekcok yang terjadi antara kedua perkumpulan pekerja tersebutlah yang melatarbelakangi perseteruan ini. Bahkan pada saat ini ketika sebagian besar penggemarnya bukan pekerja dermaga, rivalitas ini masih terpelihara.

4.
AC Milan vs Inter Milan (Derby della Madonnina)

10 Derby terpanas di lapangan hijau- Derby ini adalah salah satu pertandingan yang paling ketat dan panas dalam sejarah sepak bola Italia. Kedua tim ini sama-sama memiliki sejarah panjang dan berbagi satu stadion yang sama walaupun menggunakan nama yang berbeda untuk menyebutnya. Seragam dari kedua kesebelasan ini pun cukup sama dengan warna hitam yang menjadi dasar.
Ketika derby, tribun dari stadion San Siro ini terbagi menjadi Curva Sud atau tribun selatan untuk pendukung Inter dan Curva Nord atau tribun Utara untuk pendukung AC Milan. Selain itu selalu terjadi pertarungan antara kedua kubu dan saling menyalakan flare ketika pertandingan berlangsung. Tidak jarang aksi ini bahkan membuat pertandingan menjadi tertunda.

5.
Roma vs Lazio (Derby Della Capitale)
 10 Derby terpanas di lapangan hijau

 Derby antara kedua tim dari ibukota Italia ini adalah yang paling keras dan bahkan pada beberapa pertandingan, derby ini pernah dilakukan tanpa penonton. Kedua tim ini selalu berusaha menunjukkan siapa tim dari kota Roma yang sesungguhnya dengan bersaing secara prestasi atau pun menggunakan simbol-simbol seperti warna dan nyanyian.
Rivalitas yang panas hingga kini antara kedua kesebelasan ini juga disebabkan karena perbedaan paham politik dari kelompok pendukungnya. Suporter Lazio identik dari paham fasisme yang sangat kanan, sedangkan pendukung Roma memiliki pandangan politik yang cenderung kiri. Hal ini lah yang membuat rivalitas yang terjadi sejak akhir tahun 20-an ini terus memanas hingga sekarang.

6.
Al Ahly vs Zamalek (Cairo derby)
 10 Derby terpanas di lapangan hijau

-
Tidak kalah dari rivalitas tim-tim Eropa, perseteruan yang ditunjukkan oleh Al Ahly dan Zamalek ini adalah yang paling panas dan cukup banyak memakan korban. Kedua tim ini merupakan kesebelasan yang paling sukses di negara Mesir. Bahkan mereka juga sering mendominasi kejuaraan-kejuaraan di regional Afrika.
Secara sejarah, Al Ahly dianggap sebagai tim yang merupakan bentuk perlawanan rakyat mesir terhadap penjajahan Inggris, sedangkan Zamalek dianggap sebagai tim yang mendukung terjadinya hal tersebut. PAda beberapa derby yang dilakukan bahkan tak jarang terdapat korban jiwa hingga akhirnya sering pertandingan diadakan di tempat netral dengan wasit yang berasal dari luar negeri.

7.
Fenerbahce vs Galatasaray (Istanbul Derby)
 10 Derby terpanas di lapangan hijau

- Penggemar di liga Turki merupakan salah satu kelompok supporter yang dikenal paling solid dan paling keras di dunia. Persaingan antara kedua kesebelasan ini disebabkan oleh perbedaan kelas sosial pendukung serta benua tempat kedua tim tersebut bermarkas. Kota Istanbul terpisah menjadi dua bagian yang separuh berada di benua Asia dan separuhnya lagi menempel dengan benua Eropa.
Fenerbahce memiliki bermarkas di bagian Istanbul yang bersatu dengan Asia dan merupakan perwujudan dari kelas pekerja di kota tersebut. Galatasaray bermarkas di wilayah Eropa dari Istanbul dan dianggap mewakili kelompok borjuis di tempat tersebut. Perseteruan terjadi sejak 1934 dan hingga kini telah terjadi banyak perkelahian, ejekan, bahkan hingga pembunuhan terjadi ketika dua tim ini bertemu.

8.
Red Star Belgrade vs FK Partizan Belgrade (derby abadi)
 10 Derby terpanas di lapangan hijau

 - Julukan untuk derby yang terjadi di kota Beograd ini tidak main-main, yaitu derby abadi. Dua klub ini merupakan klub yang paling sukses di Serbia dan bahkan hingga pada masa masih bergabung di Yugoslavia. Perseteruan antara kedua tim ini bahkan hingga merambat ke cabang olahraga lain yang berafiliasi ke kedua kesebelasan tersebut.
Persaingan ini sudah terjadi sejak dua klub ini didirikan pada tahun 1945. Banyak kekerasan dan kadang juga politik turut campur pada pertandingan paling panas yang terjadi di Eropa Timur ini. Saking abadinya, jika Anda berada di Beograd maka sikap orang terhadap Anda ditentukan dari tim mana yang Anda dukung.

9.
Glasgow Rangers vs Glasgow Celtic (Old Firm Derby)
 10 Derby terpanas di lapangan hijau

 - Derby yang dilakukan antara kedua tim yang sama-sama bermarkas di kota Glasgow ini merupakan salah satu derby paling panas dalam sejarah sepak bola. Kedua tim ini adalah dua tim terbaik di Skotlandia dan merupakan wajah dari persepakbolaan negara tersebut.
Sejarah panjang perseteruan ini terjadi karena perbedaan pandangan politik yang menyebabkan kedua kesebelasan. Rangers dianggap condong lebih dekat dengan Inggris sedangkan Celtic dianggap sebagai semangat kemerdekaan Skotlandia. Derby ini bahkan disebut sebagai salah satu pertandingan sepak bola paling berbahaya untuk ditonton. Tidak hanya di luar lapangan, tidak jarang pemain dari kedua kesebelasan terlibat baku hantam dalam pertandingan.

10.
Boca Junior vs River Plate (Superclasico)
 10 Derby terpanas di lapangan hijau

 Pertandingan ini lah yang disebut sebagai derby paling seru dan panas yang ada di dunia. Kedua kesebelasan ini bermarkas di kota Buenos Aires dan merupakan dua tim paling sukses di negara tersebut. Bahkan mayoritas dari penduduk Argentina adalah pendukung dari salah satu tim tersebut.
Boca Junior dianggap sebagai perwakilan dari kelas pekerja di kota Buenos Aires, sedangkan River Plate merupakan simbol dari kelas borjuis di kota tersebut. Kedua tim ini sebenarnya dahulu memiliki lokasi yang cukup dekat, tetapi akhirnya River Plate pindah ke daerah kota yang lebih makmur dan semakin memanaskan pertandingan ini. Setiap terjadi derby selalu terjadi banyak keributan di berbagai penjuru Buenos Aires serta pamer kekuatan dari kedua kubu. Derby ini merupakan pertandingan paling seru dan berbahaya yang ada di sepak bola.
Itu lah 10 derby terpanas yang ada di lapangan hijau. Banyak tim tersebut memiliki persaingan yang ketat baik di dalam maupun luar lapangan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

7 Momen paling tak sportif dalam sejarah olah raga profesional

7 Momen paling tak sportif dalam sejarah olah raga profesionalPertandingan olah raga profesional seharusnya menjunjung tinggi sportivitas. Namun ada saja insiden memalukan yang mencoreng dunia olah raga. Seperti deretan kejadian yang melibatkan atlet-atlet terkemuka dunia berikut ini. Mulai dari insiden gigit pundak Suarez hingga 'tabrakan' kontroversial antara Valentino Rossi dan Marc Marquez di GP Sepang.

1.
Mike Tyson - Evander Holyfield (1997)

7 Momen paling tak sportif dalam sejarah olah raga profesional- Pertandingan Evander Holyfield Pertandingan Evander Holyfield vsMike Tyson II yang di kemudian hari lebih dikenal sebagai The Bite Fight merupakan salah satu pertandingan paling kontroversial dalam sejarah tinju profesional.

Pada pertandingan yang berlangsung tanggal 28 Juni 1997 itu Tyson menggigit telinga Holyfield hingga berdarah. Tyson didiskualifikasi dari pertandingan dan sempat kehilangan lisensi tinju. Namun izinnya untuk bertanding tinju secara profesional segera dipulihkan kembali.

Banyak yang mencurigai aksi Tyson itu dilandasi sakit hati karena Holyfield berhasil menjatuhkan Tyson pada pertandingan sebelumnya.

2.
Karl Malone - Isiah Thomas (1991)
 7 Momen paling tak sportif dalam sejarah olah raga profesional

  
 - Karl Malone, pebasket andalan Utah Jazz rupanya tak terima timnya kalah dari Detroit Pistons dengan skor 44. Kekalahan ini dibalas Malone sebulan kemudian.

Pada pertandingan berikutnya, Malone mengarahkan sikunya ke kepala Thomas yang sedang melakukan tembakan. Akibatnya kepala Malone berdarah dan dia harus mendapatkan 40 jahitan. Thomas juga tidak bisa bermain pada 2 game selanjutnya karena luka yang dia derita.

"Menurut saya itu adalah permainan paling kotor yang pernah saya alami dalam pertandingan bola basket," tutur Thomas bertahun-tahun kemudian seperti dilansir Yahoo Sports.

3.
Alain Prost - Ayrton Senna (1989)
 7 Momen paling tak sportif dalam sejarah olah raga profesional

Me - Tabrakan antara Alain Prost dan Ayrton Senna yang terjadi di Grand Prix Jepang pada tahun 1989 merupakan salah satu momen paling kontroversial dalam sejarah Formula 1. Prost diduga menabrak rekan satu tim sekaligus rivalnya, Senna saat keduanya mencapai lintasan terakhir. Mobil kedua pebalap sama-sama keluar dari lintasan. Namun Senna memutuskan untuk menyalakan mobilnya kembali dan mengejar ketinggalan lewat jalur darurat.

Senna pun memenangkan balapan namun kemudian didiskualifikasi karena melanjutkan balapan dengan melewati jalur darurat. Dengan demikian gelar juara jatuh ke tangan Prost.

Kejadian tersebut dibalas Senna pada tahun berikutnya. Kesal karena mendapat posisi start di titik yang kurang menguntungkan, Senna yang yakin kalau kesialannya ini merupakan manipulasi FISA sengaja menabrak Prost pada awal-awal lintasan. Karena kecelakaan ini, kedua pebalap tidak bisa melanjutkan pertandingan. Namun Senna berhasil mendapatkan gelar juara dunia keduanya.

4.
Michael Schumacher - Damon Hill (1994)
 7 Momen paling tak sportif dalam sejarah olah raga profesional

  
 - Pada Grand Prix Australia tahun 1994 Michael Schumacher tidak bisa melanjutkan pertandingan karena mobil Bennetton-nya menabrak dinding. Sebelum keluar dari lintasan, Schumacher dibayangi mobil Damon Hill yang tertinggal 1 poin darinya.

Langkah Hill untuk menjadi juara dijegal Schumacher dengan menabrakkan mobilnya dengan Williams milik Hill. Akhirnya kedua pebalap itu sama-sama keluar dari lintasan. Namun Michael Schumacher yang berhasil membawa pulang gelar juara.

5.
Zinedine Zidane - Marco Materazzi (2006)
 7 Momen paling tak sportif dalam sejarah olah raga profesional

 - Pada pertandingan final Piala Dunia 2006 terjadi insiden antara Zinedine Zidane dan Marco Materazzi. Zidane menanduk Materazzi dalam pertandingan dengan sengaja. Sebelumnya, dua pemain yang masing-masing membela Prancis dan Italia itu sempat adu mulut.

Zidane mendapatkan kartu merah akibat pelanggaran yang dia lakukan. Namun insiden ini tidak menghentikannya mendapat gelar Player of the Tournament.

6.
Luis Suarez - Giorgio Chiellini (2014)
 7 Momen paling tak sportif dalam sejarah olah raga profesional

  
 - Luis Suarez jadi bahan perbincangan karena ulahnya pada pertandingan antara Italia dan Uruguay pada Piala Dunia 2014. Suarez yang kala itu menjadi striker Uruguay menggigit pundak Giorgio Chiellini, pemain Italia hingga membekas.

Gara-gara kejadian itu, Suarez mendapat hukuman berat. Dia dilarang bermain selama 4 bulan dan dikenakan denda 100.000 Euro.

7.
Valentino Rossi - Marc Marquez (2015)
 7 Momen paling tak sportif dalam sejarah olah raga profesional

  
 - Insiden antara pebalap Movistar Yamaha MotoGP, Valentino Rossi dan pebalap Repsol Honda, Marc Marquez di Sepang beberapa waktu lalu menjadi momen paling dibicarakan pada tahun 2015 ini.

Aksi Marquez dan Rossi di GP Sepang harus berakhir di lap ke-7 saat Rossi memaksa Marquez mengambil sisi luar tikungan ke-13. Gesekan antara kedua pebalap membuat Marquez tersungkur.Akibat aksi ini, Valentino Rossi mendapat sangsi berupa posisi start dari grip belakang di laga selanjutnya yang digelar di Valencia.

Gesekan dua pebalap papan atas itu memang sudah terjadi sejak awal lomba. Rossi diduga kesal karena provokasi Marc hingga terjadilah insiden yang dinilai tak sportif itu.
Itulah momen-momen paling memalukan dalam sejarah olah raga profesional.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

kisah dibalik sebuah sejarah band kelas dunia

Kisah dibalik sebuah sejarah tentunya sangat mengesankan. Dalam sejarah musik rock, banyak situasi tak disengaja yang kemudian melahirkan legenda. Dan dibalik legenda itu tentunya ada cerita yang jarang terungkap. Namun terpikirkah oleh kita bahwa dibalik lahirnya sebuah legenda, ada moment dimana legenda itu bisa saja tidak pernah ada. Inilah beberapa kisah dimana 'moments that nearly destroyed rock.'
1. Seandainya Keith Richards Langsung Tertidur



Pada tahun 1965 Rolling Stones mencetak hit single bertajuk “Satisfaction.” Tapi tak banyak yang tahu kalau gitaris Keith Richards hampir tidak dapat menyelesaikan lagunya. Suatu pagi saat tur di Florida, Keith baru saja pulang ke motel dengan membawa ide lagu. Dengan gitar dia kemudian merekam sebuah riff. Karena teler, mungkin ngantuk, Keith ketiduran.

Ketika terbangun dan memutar kembali hasil rekaman, Keith Richards menemukan hanya ada sebait riff dan selanjutnya selama 45 menit pita rekaman hanya berisi dengkuran. Tapi itu cukup baginya untuk menunjukkan rekaman itu kepada Mick Jagger, yang kemudian menyelesaikan lagu itu.

Seandainya saja, saat pulang ke motel Keith langsung tertidur dan lupa merekam riff gitar itu, mungkin dunia tak akan pernah mendengar lagu legendaris “Satisfaction.”
2. Seandainya Slash Lolos Audisi Poison


Pada pertengahan 80-an, Slash memutuskan keluar dari band Hollywood Rose (cikal bakal Guns N Roses) dan ikut audisi didepan Bret Michaels untuk menjadi gitaris Poison. Slash lolos.

Dalam wawancaranya dengan Classic Rock Revisited pada 2010, Slash mengungkapkan, dia sudah memutuskan bergabung dengan Poison, namun akhirnya menarik diri karena menolak mengunakan make-up saat manggung. Posisi Slash kemudian diambil alih .C.C. Deville.

Dan bisa dibayangkan, seandainya Slash jadi bergabung dengan Poison, mungkin nama Guns N Roses tidak akan sebesar saat ini. Atau malah mungkin Poison yang jadi ikon rock n roll.
3. Seandainya Nikki Sixx Tidak Bangkit Lagi

Pada 23 Desember 1987, Motley Crue hampir saja bubar karena salah satu pendirinya, bassis Nikki Sixx meninggal dunia karena over dosis. Namun Sixx yang secara medis sudah dianggap meninggal itu ternyata bangkit kembali.

Pasca 'kebangkitan' Nikki Sixx, Motley Crue kemudian merilis sebuah album yang menuai sukses besar di jagad musik rock dan membawa nama mereka menjadi kian meraksasa, “Dr. Feelgood.”

Setelah era kejayaan Motley Crue, nama Nikki masih menjulang bersama band barunya Sixx: A.M, kemudian menjadi host radio terkenal, penulis buku, dan fotografer.

“I am extremely grateful to be able to look back over these last 25 years and have all the memories that would of otherwise gone down in flames,” kata Nikki. Bayangkan jika Nikki Sixx benar-benar tidak bangkit.

4. Seandainya Tony Iommi Tak Kehilangan Dua Ujung Jari.


Karir musik Tony Iommi hampir berakhir cepat. Di usia 17 tahun, Iommi kecelakaan di pabrik yang mengakibatkan hilangnya ujung jari tengah dan jari manis tangan kanannya.

Namun setelah sembuh dari luka, Iommi tak putus asa dalam bermain gitar. Dia kemudian menggunakan gitar yang disesuaikan dengan kondisi cacat jarinya, dengan seteman down-tuned string untuk memudahkan permainannya. Dan cara bermain gitar seperti itu kemudian hari menciptakan signature-sound untuk Black Sabbath.

Rupanya, kecelakaan tragis Tony Iommi ternyata menjadi berkat buat musik heavy metal. Mungkin kalau Iommi mengalami kecelakaan lebih buruk, kita tak akan pernah mendengar raungan gitar ala Black Sabbath. Dan bisa jadi band itu tak pernah ada.
5. Seandainya John Frusciante Tidak Kembali


Menyusul kematian tragis gitaris Hillel Slovak, Red Hot Chili Peppers merekrut John Frusciante sebagai gitaris baru. Frusciante berkontribusi untuk album ‘Mother’s Milk’ dan ‘Blood Sugar Sex Magik.’ dua album yang mengfhantar nama RHCP ke tinggat tertinggi di jagad musik. Namun tak lama setelah kesuksesan itu Frusciante hengkang. Dia kemudian digantikan Dave Navaro dan RHCP merilis album 'One Hot Minute' yang gagal. Thankfully, Frusciante bergabung kembali dengan group pada 1998 dan RHCP merilis 'Californication', dilanjutkan 'By the Way' dan 'Stadium Arcadium.'

Tak bisa disangkal John Frusciante adalah salah satu titik popularitas RHCP. Bayangkan jika Friusciante tidak kembali bersama RHCP. Mungkin nama band itu hanya jadi kenangan.
6. Seandainya Maynard James Keenan Tetap Menjadi Interrior Designer


Banyak rocker pindah ke California agar bisa menjadi terkenal. Namun Maynard James Keenan justru pindah ke Los Angeles karena lebih tertarik dengan mengejar karir di bidang desain interior, set dekorasi dan konstruksi.

Keenan yang berasal dari Ohio dan menempuh pendidikan di Kendall College of Art and Design, Grand Rapids, Michigan. Tapi sebelum menempuh pendidikan design, dia pernah menjadi tentara dan menekuni pendidikan di West Point Prep School. Dia mendapatkan nickname Maynard semasa bertugas sebagai US Army.

Saat tiba di LA dan mulai berkarir di bidang design interrior itu, untungnya Keenan bertemu gitaris Adam Jones dalam sebuah pesta dan mereka kemudian sepakat untuk nge-band bareng dalam sebuah group yang akan jadi cikal bakal Tool.

Bayangkan kalau Keenan tetap berkarir sebagai interior-designer atau bahkan tetap menjadi tentara, tentunya dia tak akan pernah menjadi vokalis rock papan atas bersama Tool dan A Perfect Circle.
7. Seandainya John Lennon Tidak Meminta Maaf


Pada tahun 1966, John Lennon, dalam sebuah wawancara dengan London Evening Standard, berbicara tentang keyakinannya bahwa agama Kristen sedang sekarat, bahkan dia mengatakan tentang The Beatles, “We’re more popular than Jesus now.”

Di Amerika, kutipan ini diambil di luar konteks, sehingga memicu reaksi besar yang berpusat di Alabama, di mana dua disc jockey radio memulai boikot The Beatles dengan membakar plat rekaman mereka.

Insiden ini bisa menghancurkan karir grup rock paling penting sepanjang waktu - tetapi untungnya kehebohan bisa berakhir setelah Lennon mengklarifikasi pernyataannya dan meminta maaf dalam sebuah konferensi pers.
8. Seandainya Randy Rhoads Tidak Ikut Audisi


Ozzy Osbourne adalah salah satu punggawa metal paling berpengaruh sepanjang masa, namun pada akhir tahun 1979 mantan vokalis Black Sabbath ini menganggur, bangkrut dan mencoba solo karir.

Selama audisi untuk band barunya, seorang bernama Randy Rhoads. Gitaris yang bukan penggemar Sabbath, Rhoads bahkan tidak ingin ikut audisi, dia melakukannya hanya atas desakan dari seorang teman.

Dalam audisi Rhoads hanya memainkan beberapa riff sebagai pemanasan namun Ozzy Osbourne langsung tergila-gila. Tanpa pikir panjang Ozzy langsung merekrut Rhoads. Sulit dibayangkan karir solo Ozzy Osbourne apakah akan cermerlang seperti sekarang jika tanpa kehadiran Randy Rhoads.
9. Seandainya Tidak Ada Nasihat Ibunda Grohl


Ketika Grohl bertemu Cobain dan bassist Krist Novaselic, ia sedang tur dengan teman-temannya di band hardcore Scream. Kurt dan Krist memintanya untuk bergabung dengan grup mereka,. Namun Dave tak segera mengiyakan permintaan itu. Dia menemui ibunya untuk meminta nasihat. "Ibu mengatakan kepada saya ada saat-saat dalam hidup ketika kita harus melakukan apa yang terbaik untuk diri sendiri," kata Grohl dalam wawancaranya bersama Guardian. Berkat pesan ibu itu, Dave Grohl memutuskan bergabung dengan Nirvana.

Kita tidak pernah tahu apakah Nirvana akan sebesar ini tanpa Grohl, apakah album 'Nevermind' akan meledak tanpa Grohl. Tanpa saran dari Ibunda Grohl, kita tidak pernah tahu apa yang terjadi kemudian.
10. Seandainya eddie dan alex tidak mencuri kesempatan.


eddie awalnya bermain drum dan alek bermain gitar tanpa sepengetahuan masing2, eddie curi2 kesempatan bermain gitar begitupun sebaliknya alex curi2 kesempatan bermain drum
seandainya eddie van halen dan alex van halen sama2 tidak saling curi kesempatan, mungkin gak kan pernah ada tehnik two handed tapping yang di populerkan eddie van hallen dan mungkin van halen gak akan pernah menjadi band legend

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS