Willie Groves (100 pound, dari West Bromwich Albion ke Aston Villa, tahun 1893)
Alasan pemilihan rekor milik Groves sudah jelas. Uang 100 pound yang dikeluarkan Aston Villa untuk Willie Groves mempelopori pembelian pemain dengan harga tinggi. Tentu saja, di tahun 1893, uang 100 pound adalah jumlah yang besar.
Namun ternyata, Aston Villa tidak mengeluarkan uang 100 pound ini secara sukarela. Jumlah sebesar ini merupakan hukuman yang diterima Aston Villa dari FA setelah Aston Villa mendekati Groves dan rekan setimnya, John Reynolds secara ilegal usai pertandingan Piala FA kontra West Bromwich Albion. Aston Villa kemudian membayar 100 pound untuk Groves dan 75 pound untuk Reynolds kepada tetangganya di Midlands tersebut.
Bernabé Ferreyra (23 ribu pound, dari Tigré ke River Plate, tahun 1932)
Penyerang kelahiran 1909 ini adalah salah satu yang terhebat sepanjang masa di Argentina. 187 gol dicetaknya untuk River Plate dari 185 pertandingan dan hal tersebut menjadikan uang sebsar 23 ribu pound yang digelontorkan River Plate untuk Tigre hal yang sama sekali tidak sia-sia.
Transfer Ferreyra ke River Plate menjadi penting karena ini adalah pemecahan rekor transfer pertama yang terjadi di luar Inggris, sekaligus di luar Eropa. Perlu diketahui juga bahwa transfer Ferreyra ini sampai sekarang masih menjadi satu-satunya rekor pembelian yang pernah dibukukan sebuah klub dari luar Eropa.
Hasse Jeppson (52 ribu pound, dari Atalanta ke Napoli, tahun 1952)
Transfer 52 ribu pound Hasse Jepsson, penyerang timnas Swedia di Piala Dunia 1950 yang meraih juara ketiga, merupakan rekor transfer pertama yang terjadi di Eropa daratan. Jepsson dibeli Napoli dari Atalanta setelah menjalani musim 1951-52 dengan impresif. 22 gol dicetak Jepsson dari 27 laga di musim tersebut.
Catatan tersebut membawanya pada gelar Pemain Terbaik Serie A tahun 1952. Ketika Napoli memboyongnya dengan memecahkan rekor transfer Jack Sewell, para fans Napoli menjulukinya sebagai O’ Banco e’ Napule alias The Bank of Naples. Di Napoli, Jepsson mencetak 52 gol dari 112 laga sebelum dilego ke Torino pada tahun 1957.
Juan Alberto Schiaffino (72 ribu pound, dari Peñarol ke Milan, tahun 1954)
Nama Juan Schiaffino selalu terdengar sakral di tanah Italia. Tidak heran, karena Schiaffino memang merupakan salah satu pemain terhebat yang pernah berkiprah di tanah Italia. Ia adalah pemenang Piala Dunia 1950 dan pada akhirnya ia menjadi salah satu oriundo di timnas Italia.
Bahkan, berdasarkan statistik IFFHS, Schiaffino adalah pemain terhebat Uruguay sepanjang masa. Transfer Schiaffino ke Milan merupakan rekor transfer pertama yang melibatkan klub Eropa dan klub non-Eropa (Amerika Latin). Inside forward yang satu ini menghabiskan enam tahun karir di Milan dan mempersembahkan tiga scudetti serta satu gelar Latin Cup (salah satu pelopor Liga Champions) sebelum hijrah ke Roma pada tahun 1960.
Johan Cruyff (922 ribu pound, dari Ajax Amsterdam ke Barcelona, tahun 1973)
Jika kita berbicara sejarah lewat pengandaian, salah satu transfer terhebat sepanjang masa ini bisa saja tidak terjadi. Target Barcelona pada musim panas itu sesungguhnya adalah Gerd Müller, sang bomber legendaris yang baru saja memecahkan rekor 85 gol dalam semusim kompetisi.
Persetujuan antara Barcelona dan FC Bayern sudah dicapai pada waktu itu. Akan tetapi, rencana transfer ini kemudian diblok oleh menteri keuangan Jerman, Sigfried Böhm yang memerintahkan FC Bayern untuk menggaji aset nasionalnya itu lebih besar lagi. Böhm mencium indikasi bahwa motif kepindahan Müller ke Barcelona adalah masalah gaji. Akhirnya, radar Barcelona berpindah ke Belanda dan terjadilah transfer ini. Efek transfer ini masih terasa sampai sekarang karena Cruyff tidak hanya memberikan kontribusi di atas lapangan, melainkan soal filosofi yang membuat Barcelona bisa sedigdaya sekarang.
Giuseppe Savoldi (1,2 juta pound, dari Bologna ke Napoli, tahun 1975)
Striker legendaris Bologna ini adalah manusia satu juta pound pertama dalam sejarah sepak bola. Transfer Savoldi dari Bologna ke Napoli pada 1975 selain menembus angka satu juta pound, juga memecahkan rekor transfer Johan Cruyff dua musim sebelumnya. Savoldi adalah seorang penyerang yang sangat disegani pada masanya. 102 gol dari 258 penampilan bersama Atalanta dan Bologna menjadikan Savoldi salah satu target transfer paling panas pada masa itu di Serie A, hingga akhirnya Napoli menjadi klub yang paling berani membayarnya mahal.
Rekor golnya di Napoli pun masih cukup baik dengan 55 gol dari 118 laga. Sayangnya, nasib Savoldi di timnas tidak secemerlang karir klubnya. Keberadaan Gigi Riva, Giorgio Chinaglia, Pietro Anastasi, dan Angelo Domenghini menutup kesempatan Savoldi berprestasi di level timnas.
Diego Armando Maradona (5 juta pound, dari Barcelona ke Napoli, tahun 1984)
Untuk mendatangkan seorang dewa sepak bola, uang 5 juta pound tidak berarti apa-apa. Napoli lagi-lagi memecahkan rekor transfer pemain dengan mendatangkan Diego Maradona ke Naples. Transfer Maradona ke Napoli ini sekaligus memecahkan rekor transfer Maradona ke Barcelona dua tahun sebelumnya yang tercatat dalam angka 3 juta pound. Dua scudetti, satu Coppa Italia, satu Piala UEFA, dan satu gelar Supercoppa Italiana adalah persembahan Maradona untuk klub Italia selatan ini.
Memang ‘hanya’ lima gelar yang mampu dipersembahkan Maradona, namun di luar itu semua, Maradona sudah memberikan kebanggaan yang tak tertandingi untuk Napoli dan para pendukungnya.
Roberto Baggio (8 juta pound, dari Fiorentina ke Juventus, tahun 1990)
Salah satu transfer paling kontroversial yang pernah terjadi di dunia sepak bola. Roberto Baggio adalah pemain muda yang sedang menanjak popularitasnya di Fiorentina. Teknik bermainnya nyaris tanpa tanding. Akurasi umpan dan tendangannya terkadang tidak manusiawi dan ia amat sangat dicintai oleh fans Fiorentina yang memendam harapan besar kepadanya.
Baggio adalah jawaban Italia atas Diego Maradona dan transfernya ke Juventus seperti menaburi garam pada luka fans Fiorentina yang sudah meradang kepada Juventus akibat keunggulan kontroversial Juventus di menit akhir perburuan scudetto musim 1981-82. Ribuan orang merusuh di kota Florence sebagai bentuk protes transfer ini dan 50 orang dilaporkan luka-luka. Lebih dari itu, transfer ini semakin menebalkan kebencian fans Fiorentina kepada Juventus.
Zinedine Zidane (46,6 juta pound, dari Juventus ke Real Madrid, tahun 2001)
Transfer Zidane pada tahun 2001 dan Luis Figo semusim sebelumnya (yang juga memecahkan rekor transfer) menandai apa yang disebut sebagai era Galacticos Real Madrid di bawah Florentino Perez. Setelah mengambil alih posisi presiden klub dari Lorenzo Sanz, Perez mengubah Real Madrid menjadi klub paling glamor sedunia dengan mendatangkan bintang-bintang seperti Figo, Zidane, David Beckham, Ronaldo, dan Michael Owen. Tujuan utama proyek Galactico ini adalah memenangi gelar sebanyak-banyaknya dengan memainkan sepak bola indah.
Proyek ini cukup sukses mengingat gelar Liga Champions terakhir Real Madrid diraih pada era ini, yakni ketika mengandaskan Bayer Leverkusen di Hampden Park 11 tahun lalu. Satu fakta menarik, rekor transfer Zidane ini adalah rekor transfer yang bertahan paling lama sepanjang sejarah, yakni selama delapan tahun.
Cristiano Ronaldo (80 juta pound, dari Manchester United ke Real Madrid, tahun 2009)
Seperti Zidane dan Figo, transfer Cristiano Ronaldo dan Ricardo Kaká pada 2009 juga menandai era Galacticos Real Madrid. Kali ini, setelah Florentino Perez kembali menjadi presiden klub menggantikan Vicente Boluda, Perez membangkitkan romantisme dan harapan akan gelar Liga Champions kesepuluh dengan proyek Galacticos Jilid II. Setelah Kaká memecahkan transfer Zidane dengan transfer sebesar 65 juta pound, tak lama kemudian Cristiano Ronaldo dibeli dari Manchester United dengan mahar 80 juta pound. Transfer ini menjadi sangat fenomenal karena kepindahan Ronaldo ke Spanyol berarti mempertemukannya dengan pesaing abadinya, Lionel Messi di Barcelona.
Sayangnya, baik Ronaldo maupun proyek Galacticos Jilid II ini tak kunjung mampu mengambilalih Liga Spanyol dari dominasi Barcelona. Kedatangan Gareth Bale yang memecahkan rekor transfer Ronaldo diharapkan mampu memberi Real Madrid kekuatan ekstra untuk menghentikan dominasi Barcelona.